satuan acara penyuluhan hipertensi


SATUAN ACARA PENYULUHAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI




LOGO INSTITUSI











OLEH:
ALPIAN UMBU DEWA
NIM :  131723143041



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2018



SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik                           : Hipertensi
Sasaran                        : Keluarga Tn. Y
Tempat                        : Medokan  RT 1 RW 3 No. 7E
Hari/Tanggal               : Sabtu, 02 November 2018
Waktu                         : 1 x 40 menit

A.  Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 25 menit diharapkan sasaran mampu memahami tentang penyakit hipertensi.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 25 menit, diharapkan sasaran mampu menjelaskan ulang tentang:

  1.  Pengertian penyakit hipertensi
  2. Penyebab hipertensi
  3. Tanda dan gejala hipertensi
  4. Pencegahan hipertensi
  5. Komplikasi hipertensi
B.  Metode
Ceramah, tanya jawab / diskusi

C.  Media
Leaflet, alat tulis, kertas, poster



D.  Tahap Kegiatan
Alokasi
Waktu
Tahap kegiatan
K e g i a t an
Penyuluh
Sasaran
5 menit
Pendahuluan
1.      Membuka acara dengan mengucapkan salam kepada keluarga
2.      Memperkenalkan diri kepada keluarga
3.      Menyampaikan topik, maksud dan tujuan kepada keluarga
4.      Kontrak waktu untuk kesepakatan pelaksanaan dengan keluarga
1.      Menjawab salam
2.      Memperhatikan penyuluh
3.      Mendengarkan penyuluh menyampaikan topik dan tujuan.
4.      Menyetujui kesepakatan waktu pelaksanaan penkes
25 menit
Kegiatan inti
Menyampaikan materi:
1.      Pengertian penyakit hipertensi
2.      Penyebab hipertensi
3.      Tanda dan gejala hipertensi
4.      Pencegahan hipertensi
5.      Komplikasi hipertensi
Peserta mendengarkan dan memperhatikan
5 menit
Penutup
1.      Diskusi
2.      Evaluasi
3.      Kesimpulan
4.      Memberikan salam  penutup
1.      Aktif bertanya
2.      Menjawab Pertanyaan
3.      Memperhatikan
4.      Menjawab salam




E.     Materi
1.      Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi ketika pembuluh darah terus-menerus mengalami peningkatan tekanan (WHO, 2015). Tekanan darah adalah kekuatan yang dibutuhkan untuk mendorong atau memompa darah agar dapat mengalir di dalam pembuluh darah (Gunawan, 2001). Semakin tinggi tekanan, semakin kuat jantung memompa darah (WHO, 2015).
Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter merkuri (mmHg) dan dinyatakan dalam dua angka, yaitu sistolik dan diastolik. Sistolik adalah tekanan tertinggi pada pembuluh darah dan terjadi ketika jantung berkontraksi atau berdetak. Sedangkan, diastol adalah tekanan terendah ketika otot-otot jantung mengalami relaksasi (WHO, 2013).
Tekanan darah orang dewasa normal adalah kurang dari 120 mmHg untuk diastol dan 80 mmHg. Sedangkan, tekanan darah tinggi atau biasa disebut hipertensi adalah ketika tekanan darah telah mencapai ataupun melebihi 140 mmHg (sistol) dan 90 mmHg (diastol). Berikut ini adalah klasifikasi tekanan darah menurut Joint National Committee 7 (JNC 7) (JNC, 2004).
Beberapa referensi menyebutkan bahwa hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah sistolik ≥140 dan tekanan darah diastolik ≥90 seperti yang dijelaskan dalam JNC 7. Namun, nilai tekanan darah tersebut merupakan hasil rata-rata dari dua kali pengukuran tekanan darah pada setiap dua atau lebih kunjungan setelah skrining awal. Selain itu, kenaikan tekanan darah ini harus mempertimbangkan kondisi pasien, dimana terdapat kondisi yang menyebabkan kenaikan tekanan darah sesaat (Aiyagari, 2011; Kaplan dan Michael, 2010; Klabunde, 2005).
Dikatakan hipertensi jika pada 2 kali atau lebih kunjungan yang berbeda waktu didapatkan tekanan darah rata-rata dari 2 atau lebih pengukuran setiap kunjungan diastolik 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg atau lebih. Pengukuran yang pertama kali belum dapat memastikan adanya hipertensi akan tetapi dapat merupakan petunjuk untuk dilakukan observasi lebih lanjut

2.      Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO/ISH (dalam Arief Mansjoer,2001)
Klasifikasi
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Hipertensi Berat
≥ 180
≥110
Hipertensi Sedang
160-179
100-109
Hipertensi Ringan
140-159
90-99
Hipertensi Perbatasan
 120-149
90-94
Hipertensi Sistolik Perbatasan
120-149
<90
Hipertensi Sistolik Terisolasi
>140
<90
Normotensi
<140
<90
Optimal
<120
<80

3.      Jenis
Hipertensi menurut penyebabnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
·         Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui penyebabnya, sekitar 90% penderita hipertensi adalah hipertensi primer.
·         Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain : kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme) dan lain-lain (Bruner & Suddart 2001).

4.      Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008).

5.      Penyebab
Karena tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan TPR, maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
·         Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak menimbulkan hipertensi.
·         Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan akibat gangguan penanganan air dan garam oleh ginjal atau komsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron atau penurunan aliran darah ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.
·         Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi peningkatan rangsangan syaraf atau hormon pada artriol atau responsif yang berlebihan dari artriol atau responsivitas yang berlebihan dari artriol terhadap rangsangan yang normal.
·
6.      Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi
a.       Umur
Faktor umur sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka risiko hipertensi menjadi lebih tinggi. Insiden hipertensi yang makin meningkat dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada umur kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
Semakin bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan.
Kenaikan tekanan darah seiring bertambahnya usia merupakan keadaan biasa. Namun apabila perubahan ini terlalu mencolok dan disertai faktor-faktor lain maka memicu terjadinya hipertensi dengan komplikasinya.

b.      Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi. dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik. pria mempunyai tekanan darah sistolik dan diastolik yang tinggi dibanding wanita pada semua suku. Badan survei dari komunitas hipertensi mengskrining satu juta penduduk Amerika pada tahun 1973-1975 menemukan rata-rata tekanan diastolik lebih tinggi pada pria dibanding wanita pada semua usia.
Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen yang melindungi wanita dari hipertensi dan komplikasinya termasuk penebalan dinding pembuluh darah atau aterosklerosis. Wanita usia produktif sekitar 30-40 tahun, kasus serangan jantung jarang terjadi, tetapi meningkat pada pria. Arif Mansjoer mengemukakan bahwa pria dan wanita menopause memiliki pengaruh sama pada terjadinya hipertens. Ahli lain berpendapat bahwa wanita menopause mengalami perubahan hormonal yang menyebabkan kenaikan berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif terhadap konsumsi garam, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Terapi hormon yang digunakan oleh wanita menopause dapat pula menyebabkan peningkatan tekanan darah.
c.       Konsumsi Garam
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam patogenesis hipertensi. Garam dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida. Konsumsi 3-7 gram natrium perhari, akan diabsorpsi terutama di usus halus. Pada orang sehat volume cairan ekstraseluler umumnya berubah-ubah sesuai sirkulasi efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Natrium diabsorpsi secara aktif, kemudian dibawa oleh aliran darah ke ginjal untuk disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium yang jumlahnya mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal.
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai selain garam dapur adalah penyedap masakan atau monosodium glutamat (MSG). Pada saat ini budaya penggunaan MSG sudah sampai pada taraf sangat mengkhawatirkan, di mana semakin mempertinggi risiko terjadinya hipertensi.
d.      Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.
e.       Kurangnya Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat.
Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi.39 Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.

f.       Konsumsi Makanan Tinggi Lemak
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
Kandungan bahan kimia dalam minyak goreng terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ). Minyak goreng yang tinggi kandungan ALTJ-nya hanya memiliki nilai tambah gorengan pertama saja. Penggunaan minyak goreng lebih dari satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia pada minyak, dan hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal yang memicu terjadinya hipertensi dan penyakit jantung.
g.      Minum minuman Beralkohol
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah. Alkohol hanya mengandung energi tanpa mengandung zat gizi lain, kebiasaan minum alkohol dapat mengakibatkan kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan serta dapat mengakibatkan hipertensi apabila konsumsi terlalu banyak.
Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak, akan cenderung memiliki tekanan darah yang tinggi dari pada individu yang tidak mengkonsumsi alkohol. Berlebihan mengkonsumsi alkohol (>2gelas bir/wine/whiskey/hari) merupakan faktor risiko hipertensi.
Diperkirakan konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per hari meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum-minuman beralkohol berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ lain.


7.      Tanda dan Gejala
Menurut Martha (2012), Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. gejala-gejala yang mungkin diamati antara lain yaitu:
·         Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
·         Sering gelisah
·         Wajah merah
·         Tengkuk terasa pegal
·         Mudah marah
·         Telinga berdengung
·         Sukar tidur
·         Sesak nafas
·         Rasa berat di tengkuk
·         Mudah lelah
·         Mata berkunang-kunang
·         Mimisan.

8.      Pencegahan hipertensi
Cukup banyak orang yang mengalami hipertensi tetapi tidak menyadarinya (William, 2004) Diperlukan tindakan yang mencakup seluruh populasi untuk mengurangi akibat tekanan darah tinggi dan meminimalkan kebutuhan terapi dengan obat antihipertensi. Dianjurkan perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah, sebelum memulai terapi obat. Pedoman British Hypertension Society 2004 mengajukan perubahan gaya hidup yang konsisten dengan pedoman dari US National High BP Education Program tahun 2002 untuk pencegahan utama bagi hipertensi sebagai berikut:
a.       Menjaga berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 20–25 kg/m2).
b.      Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium sampai <100 mmol/ hari (<6 g natrium klorida atau <2,4 g natrium per hari). Banyak yang tidak menyadari bahwa makanan ringan dan juga mie instan banyak mengandung garam, demikian juga vetsin yang sebenarnya adalah monosodium glutamate, karena sodium sebenarnya adalah nama lain dari natrium.
c.       Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat (≥30 menit per hari, pada hampir setiap hari dalam seminggu).
d.      Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-laki dan tidak lebih dari 2 unit/hari pada perempuan. Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya, sedikitnya lima porsi per hari).
Perubahan gaya hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan darah setara dengan masing-masing obat antihipertensi. Kombinasi dari dua atau lebih perubahan gaya hidup dapat memberikan hasil lebih baik (William, 2004).

9.      Komplikasi hipertensi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal  Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya (Dian P, 2012).
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsungmaupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β) (Yugiantoro, 2014).
Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah (Yugiantoro, 2014):
1.      Jantung
·         hipertrofi ventrikel kiri
·         angina atau infark miokardium
·         gagal jantung
2.      Penyakit ginjal kronis
3.      Otak: Stroke atau transient ishemic attack
4.      Penyakit arteri perifer
5.      Retinopati






DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medical Bedah. Volume 2. Penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta.
Martha, karnia. Panduan cerdas mengatasi hipertensi. Jogyakarta: araska, 2012.
Prasetyorini HT, Prawesti, Dian. 2012. Stress Pada Penyakit Terhadap Kejadian Komplikasi Hipertensi Pada Pasien Hipertensi. Jurnal STIKES
WHO. Hypertension Fact Sheet.Departement Of Sustainable Development And Healthy Environments. 2011. Di ambil pada 10 September 2018 dari http://www.searo.who.int/linkfiles/non communicable desease hypertensionfs.pdf
Williams, B (2004 Mar). "Guidelines for management of hypertension: report of the fourth working party of the British Hypertension Society, 2004-BHS IV". Journal of human hypertension. 18 (3): 139–85. PMID 14973512
Whelton PK; et al. (2002). "Primary prevention of hypertension. Clinical and public health advisory from the National High Blood Pressure Education Program". JAMA. 288 (15): 1882–1888. doi:10.1001/jama.288.15.1882
Yogiantoro, 2014. Hipertensi Esensial Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. V ed. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA PERTEMUAN – 4.

pre planning kunjungan keluarga hipertensi (pertemuan kedua)