satuan acara penyuluhan hipertensi
SATUAN ACARA
PENYULUHAN
ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI
LOGO INSTITUSI
OLEH:
ALPIAN UMBU
DEWA
NIM : 131723143041
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
AIRLANGGA SURABAYA
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Hipertensi
Sasaran : Keluarga Tn. Y
Tempat : Medokan RT 1 RW 3 No. 7E
Hari/Tanggal : Sabtu, 02 November 2018
Waktu : 1 x 40 menit
A. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Setelah
diberikan penyuluhan selama 25 menit diharapkan sasaran mampu memahami tentang
penyakit hipertensi.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah
dilakukan penyuluhan selama 25 menit, diharapkan sasaran mampu menjelaskan
ulang tentang:
- Pengertian penyakit hipertensi
- Penyebab hipertensi
- Tanda dan gejala hipertensi
- Pencegahan hipertensi
- Komplikasi hipertensi
B. Metode
Ceramah,
tanya jawab / diskusi
C. Media
Leaflet,
alat tulis, kertas, poster
D. Tahap
Kegiatan
Alokasi
Waktu
|
Tahap kegiatan
|
K e g i a t an
|
|
Penyuluh
|
Sasaran
|
||
5 menit
|
Pendahuluan
|
1.
Membuka
acara dengan mengucapkan salam kepada keluarga
2.
Memperkenalkan
diri kepada keluarga
3.
Menyampaikan
topik, maksud dan tujuan kepada keluarga
4.
Kontrak
waktu untuk kesepakatan pelaksanaan dengan keluarga
|
1. Menjawab
salam
2. Memperhatikan
penyuluh
3. Mendengarkan penyuluh menyampaikan topik dan tujuan.
4. Menyetujui kesepakatan waktu pelaksanaan penkes
|
25 menit
|
Kegiatan
inti
|
Menyampaikan materi:
1.
Pengertian
penyakit hipertensi
2.
Penyebab
hipertensi
3.
Tanda
dan gejala hipertensi
4.
Pencegahan
hipertensi
5.
Komplikasi
hipertensi
|
Peserta mendengarkan dan memperhatikan
|
5 menit
|
Penutup
|
1. Diskusi
2. Evaluasi
3. Kesimpulan
4. Memberikan
salam penutup
|
1. Aktif
bertanya
2. Menjawab
Pertanyaan
3. Memperhatikan
4. Menjawab
salam
|
E.
Materi
1.
Pengertian
Hipertensi
atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi ketika pembuluh darah
terus-menerus mengalami peningkatan tekanan (WHO, 2015). Tekanan darah adalah
kekuatan yang dibutuhkan untuk mendorong atau memompa darah agar dapat mengalir
di dalam pembuluh darah (Gunawan, 2001). Semakin tinggi tekanan, semakin kuat
jantung memompa darah (WHO, 2015).
Tekanan
darah diukur dalam satuan milimeter merkuri (mmHg) dan dinyatakan dalam dua
angka, yaitu sistolik dan diastolik. Sistolik adalah tekanan tertinggi pada
pembuluh darah dan terjadi ketika jantung berkontraksi atau berdetak.
Sedangkan, diastol adalah tekanan terendah ketika otot-otot jantung mengalami
relaksasi (WHO, 2013).
Tekanan
darah orang dewasa normal adalah kurang dari 120 mmHg untuk diastol dan 80 mmHg.
Sedangkan, tekanan darah tinggi atau biasa disebut hipertensi adalah ketika
tekanan darah telah mencapai ataupun melebihi 140 mmHg (sistol) dan 90 mmHg
(diastol). Berikut ini adalah klasifikasi tekanan darah menurut Joint National
Committee 7 (JNC 7) (JNC, 2004).
Beberapa
referensi menyebutkan bahwa hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah
sistolik ≥140 dan tekanan darah diastolik ≥90 seperti yang dijelaskan dalam JNC
7. Namun, nilai tekanan darah tersebut merupakan hasil rata-rata dari dua kali
pengukuran tekanan darah pada setiap dua atau lebih kunjungan setelah skrining
awal. Selain itu, kenaikan tekanan darah ini harus mempertimbangkan kondisi
pasien, dimana terdapat kondisi yang menyebabkan kenaikan tekanan darah sesaat
(Aiyagari, 2011; Kaplan dan Michael, 2010; Klabunde, 2005).
Dikatakan
hipertensi jika pada 2 kali atau lebih kunjungan yang berbeda waktu didapatkan
tekanan darah rata-rata dari 2 atau lebih pengukuran setiap kunjungan diastolik
90 mmHg atau sistolik 140 mmHg atau lebih. Pengukuran yang pertama kali belum
dapat memastikan adanya hipertensi akan tetapi dapat merupakan petunjuk untuk
dilakukan observasi lebih lanjut
2.
Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi
menurut WHO/ISH (dalam Arief Mansjoer,2001)
Klasifikasi
|
Sistolik
(mmHg)
|
Diastolik
(mmHg)
|
Hipertensi
Berat
|
≥
180
|
≥110
|
Hipertensi
Sedang
|
160-179
|
100-109
|
Hipertensi
Ringan
|
140-159
|
90-99
|
Hipertensi
Perbatasan
|
120-149
|
90-94
|
Hipertensi
Sistolik Perbatasan
|
120-149
|
<90
|
Hipertensi
Sistolik Terisolasi
|
>140
|
<90
|
Normotensi
|
<140
|
<90
|
Optimal
|
<120
|
<80
|
3.
Jenis
Hipertensi menurut
penyebabnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
·
Hipertensi esensial atau primer adalah
hipertensi yang tidak/belum diketahui penyebabnya, sekitar 90% penderita
hipertensi adalah hipertensi primer.
·
Hipertensi sekunder adalah hipertensi
yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain : kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme) dan lain-lain (Bruner & Suddart 2001).
4.
Patofisiologi
Mekanisme
yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada
saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai
pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Rohaendi, 2008).
5.
Penyebab
Karena tekanan darah bergantung pada
kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan TPR, maka peningkatan salah satu
dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
·
Peningkatan
kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau
hormon pada nodus SA. Peningkatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering
menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun peningkatan kecepatan denyut jantung
biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak
menimbulkan hipertensi.
·
Peningkatan
volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat
peningkatan volume plasma yang berkepanjangan akibat gangguan penanganan air
dan garam oleh ginjal atau komsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan
pelepasan renin atau aldosteron atau penurunan aliran darah ginjal dapat
mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan
menyebabkan peningkatan diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume
diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.
·
Peningkatan
TPR yang berlangsung lama dapat terjadi peningkatan rangsangan syaraf atau
hormon pada artriol atau responsif yang berlebihan dari artriol atau
responsivitas yang berlebihan dari artriol terhadap rangsangan yang normal.
·
6.
Faktor-Faktor
Penyebab Hipertensi
a. Umur
Faktor
umur sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur
maka risiko hipertensi menjadi lebih tinggi. Insiden hipertensi yang makin
meningkat dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam
tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada
umur kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur.
Semakin
bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar
50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta
tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi
akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan.
Kenaikan
tekanan darah seiring bertambahnya usia merupakan keadaan biasa. Namun apabila
perubahan ini terlalu mencolok dan disertai faktor-faktor lain maka memicu
terjadinya hipertensi dengan komplikasinya.
b. Jenis
Kelamin
Faktor
jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu
seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi.
dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik.
pria mempunyai tekanan darah sistolik dan diastolik yang tinggi dibanding
wanita pada semua suku. Badan survei dari komunitas hipertensi mengskrining
satu juta penduduk Amerika pada tahun 1973-1975 menemukan rata-rata tekanan
diastolik lebih tinggi pada pria dibanding wanita pada semua usia.
Wanita
dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen yang melindungi
wanita dari hipertensi dan komplikasinya termasuk penebalan dinding pembuluh
darah atau aterosklerosis. Wanita usia produktif sekitar 30-40 tahun, kasus
serangan jantung jarang terjadi, tetapi meningkat pada pria. Arif Mansjoer
mengemukakan bahwa pria dan wanita menopause memiliki pengaruh sama pada
terjadinya hipertens. Ahli lain berpendapat bahwa wanita menopause mengalami
perubahan hormonal yang menyebabkan kenaikan berat badan dan tekanan darah
menjadi lebih reaktif terhadap konsumsi garam, sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan darah. Terapi hormon yang digunakan oleh wanita menopause
dapat pula menyebabkan peningkatan tekanan darah.
c. Konsumsi
Garam
Garam
dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam patogenesis hipertensi. Garam
dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida. Konsumsi 3-7 gram natrium
perhari, akan diabsorpsi terutama di usus halus. Pada orang sehat volume cairan
ekstraseluler umumnya berubah-ubah sesuai sirkulasi efektifnya dan berbanding
secara proporsional dengan natrium tubuh total. Volume sirkulasi efektif adalah
bagian dari volume cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan
perfusi aktif pada jaringan. Natrium diabsorpsi secara aktif, kemudian dibawa
oleh aliran darah ke ginjal untuk disaring dan dikembalikan ke aliran darah
dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah.
Kelebihan natrium yang jumlahnya mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi,
dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yng
dikeluarkan kelenjar adrenal.
Sumber
natrium yang juga perlu diwaspadai selain garam dapur adalah penyedap masakan
atau monosodium glutamat (MSG). Pada saat ini budaya penggunaan MSG sudah
sampai pada taraf sangat mengkhawatirkan, di mana semakin mempertinggi risiko
terjadinya hipertensi.
d. Merokok
Merokok
merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok
mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh
darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di
otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa
jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.
Karbon
monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal
tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa memompa
untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.
e. Kurangnya
Aktifitas Fisik
Aktivitas
fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif
melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang
lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin
besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan
tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas
fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan
risiko hipertensi meningkat.
Studi
epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur memiliki efek antihipertensi
dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi.39
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.
f. Konsumsi
Makanan Tinggi Lemak
Kebiasaan
mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang
berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko
aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
Kandungan
bahan kimia dalam minyak goreng terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ)
dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ). Minyak goreng yang tinggi kandungan ALTJ-nya
hanya memiliki nilai tambah gorengan pertama saja. Penggunaan minyak goreng
lebih dari satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia pada minyak, dan hal
tersebut dapat meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan sehingga
dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal yang memicu terjadinya hipertensi dan
penyakit jantung.
g. Minum
minuman Beralkohol
Pengaruh
alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme peningkatan
tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar
kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam menaikan tekanan darah. Alkohol hanya mengandung energi tanpa
mengandung zat gizi lain, kebiasaan minum alkohol dapat mengakibatkan kurang
gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan serta dapat
mengakibatkan hipertensi apabila konsumsi terlalu banyak.
Orang-orang
yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak, akan cenderung memiliki
tekanan darah yang tinggi dari pada individu yang tidak mengkonsumsi alkohol.
Berlebihan mengkonsumsi alkohol (>2gelas bir/wine/whiskey/hari) merupakan
faktor risiko hipertensi.
Diperkirakan
konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus
hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per hari
meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa
alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah
menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum-minuman beralkohol
berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ lain.
7.
Tanda
dan Gejala
Menurut Martha (2012),
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. gejala-gejala yang mungkin diamati antara lain yaitu:
·
Gejala ringan seperti pusing atau sakit
kepala
·
Sering gelisah
·
Wajah merah
·
Tengkuk terasa pegal
·
Mudah marah
·
Telinga berdengung
·
Sukar tidur
·
Sesak nafas
·
Rasa berat di tengkuk
·
Mudah lelah
·
Mata berkunang-kunang
·
Mimisan.
8.
Pencegahan
hipertensi
Cukup
banyak orang yang mengalami hipertensi tetapi tidak menyadarinya (William,
2004) Diperlukan tindakan yang mencakup seluruh populasi untuk mengurangi
akibat tekanan darah tinggi dan meminimalkan kebutuhan terapi dengan obat
antihipertensi. Dianjurkan perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah,
sebelum memulai terapi obat. Pedoman British Hypertension Society 2004 mengajukan
perubahan gaya hidup yang konsisten dengan pedoman dari US National High BP
Education Program tahun 2002 untuk pencegahan utama bagi hipertensi sebagai
berikut:
a. Menjaga
berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 20–25 kg/m2).
b. Mengurangi
asupan diet yang mengandung natrium sampai <100 mmol/ hari (<6 g natrium
klorida atau <2,4 g natrium per hari). Banyak yang tidak menyadari bahwa
makanan ringan dan juga mie instan banyak mengandung garam, demikian juga vetsin
yang sebenarnya adalah monosodium glutamate, karena sodium sebenarnya adalah
nama lain dari natrium.
c. Melakukan
aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat (≥30 menit per
hari, pada hampir setiap hari dalam seminggu).
d. Batasi
konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-laki dan tidak lebih
dari 2 unit/hari pada perempuan. Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran
(misalnya, sedikitnya lima porsi per hari).
Perubahan gaya hidup yang efektif dapat
menurunkan tekanan darah setara dengan masing-masing obat antihipertensi.
Kombinasi dari dua atau lebih perubahan gaya hidup dapat memberikan hasil lebih
baik (William, 2004).
9. Komplikasi hipertensi
Hipertensi
yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga menimbulkan
komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai target organ tubuh
yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi,
kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah
terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang
dimilikinya (Dian P, 2012).
Hipertensi
dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsungmaupun tidak
langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ
tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ,
atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap
reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas
terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya
kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth
factor-β (TGF-β) (Yugiantoro, 2014).
Umumnya,
hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi
adalah (Yugiantoro, 2014):
1. Jantung
·
hipertrofi ventrikel kiri
·
angina atau infark miokardium
·
gagal jantung
2. Penyakit
ginjal kronis
3. Otak:
Stroke atau transient ishemic attack
4. Penyakit
arteri perifer
5. Retinopati
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
& Suddarth. 2001. Keperawatan Medical Bedah. Volume 2. Penerbit buku
kedokteran. EGC. Jakarta.
Martha,
karnia. Panduan cerdas mengatasi hipertensi. Jogyakarta: araska, 2012.
Prasetyorini
HT, Prawesti, Dian. 2012. Stress Pada Penyakit Terhadap Kejadian Komplikasi
Hipertensi Pada Pasien Hipertensi. Jurnal STIKES
WHO.
Hypertension Fact Sheet.Departement Of Sustainable Development And Healthy
Environments. 2011. Di ambil pada 10 September 2018 dari http://www.searo.who.int/linkfiles/non
communicable desease hypertensionfs.pdf
Williams,
B (2004 Mar). "Guidelines for management of hypertension: report of the
fourth working party of the British Hypertension Society, 2004-BHS IV".
Journal of human hypertension. 18 (3): 139–85. PMID 14973512
Whelton
PK; et al. (2002). "Primary prevention of hypertension. Clinical and
public health advisory from the National High Blood Pressure Education
Program". JAMA. 288 (15): 1882–1888. doi:10.1001/jama.288.15.1882
Yogiantoro,
2014. Hipertensi Esensial Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. V ed.
Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
semoga bermanfaat bagi yang sedang membutuhkan
BalasHapus